Tikus merupakan salah satu hewan yang banyak menyebabkan berbagai penyakit dan menjadi hama utama tanaman padi. Tikus termasuk kedalam golongan mamalia (binatang menyusui) dan binatang pengerat yang sangat sulit untuk dikendalikan. Tikus memiliki beberapa kemampuan alat indera, fisik, berkembang biak dan adaptasi terhadap lingkungan yang sangat luar biasa. Untuk itu dalam pengendalian hama tikus diperlukan pengenalan dan pendekatan yang lebih mendalam dibandingkan dengan cara penanganan jenis hama lainnya supaya kita lebih tahu bagaimana cara penanganan atau pengendalian tikus ini secara tepat.
Tikus berdasarkan habitatnya dibagi menjadi 3 yaitu :
Tikus berdasarkan habitatnya dibagi menjadi 3 yaitu :
- Jenis Domestik, yaitu tikus yang aktivitas hidupnya seperti mencari makan, berlindung, bersarang dan berkembang biak di dalam rumah (commensal rodent) atau di atap, dinding, lemari, gudang, kantor, pasar, selokan dan lainnya (synanthropic).
- Jenis Peridomestik, yaitu tikus yang sebagian aktivitasnya di luar rumah dan sekitarnya seperti di sekitar pekarangan, sawah ataupun kebun.
- Jenis Silvatik, yaitu tikus yang aktivitas hidupnya dilakukan jauh dari lingkungan manusia seperti di hutan.
Beberapa jenis tikus yang dominan/sering dijumpai diantaranya :
- Tikus ladang/kebun (Rattus exulans), tikus jenis ini memiliki panjang kepala-tubuh 101-138 mm, panjang ekor 118-159 mm, berat 45-65 g. Bulu kasar, warna tubuh bagian atas keabu-abuan, bagian bawahnya putih keabu-abuan, ekor seluruhnya coklat, rambut jarum putih berujung coklat, lebar daun telinga 16-20 mm, puting susu 4 pasang (2+2).
- Tikus sawah (Rattus argentiventer), memiliki panjang kepala-tubuh 140-210 mm, ekor 130-192 mm, ekor 85-180 mm. Tubuh bagian atas coklat pucat dengan bintik-bintik hitam halus, bagian bawah putih keperakan dengan corengan warna gelap di sepanjang bagian tengah, ekor seluruhnya coklat tua, puting susu 6 pasang (3+3).
- Tikus rumah (Rattus-rattus diardii), panjang kepala-tubuh 122-219 mm, ekor 121-220 mm, berat 100-200 g. Tekstur rambutnya agak kasar, warna bagian punggung coklat hitam kelabu, agak pucat dari punggung, ekor seluruhnya kecoklatan, jumlah puting susu 5 pasang (2+3).
- Tikus wirok/got (Bandicota indica), mempunyai ukuran dan berat badan besar dibanding yang lainnya yaitu 200-500 g. Warna rambut atas dan bawah coklat kehitaman, rambutnya agak jarang dan rambut dipangkal ekornya kaku seperti injuk, jumlah puting susu 6 pasang (3+3).
Kemampuan alat indera tikus :
- Mencium, tikus memiliki daya cium yang sangat tajam, mengeluarkan urine, feromon dan sekresi sebagai jejak bau untuk memberikan tanda famili, wilayah, kondisi birahi ataupun tanda bahaya pada tikus lainnya.
- Menyentuh, sentuhan badan atau ekor digunakan selama menjelajah, kontak dengan lantai, dinding atau benda lainnya akan dapat membantu tikus dalam kewaspadaan waktu gelap terhadap ada atau tidak adanya rintangan di depannya.
- Mendengar, tikus dapat mendengar dan berkomunikasi lewat suara ultrasonik (>20.000 Hz) misalnya waktu aktivitas seksual, berkelahi, memanggil induknya atau waktu ada bahaya.
- Melihat, tikus hanya dapat melihat warna abu-abu (buta warna) dan lebih tertarik pada warna hijau atau kuning, memiliki daya pandang sekitar 10 meter namun mampu memprediksi jarak lebih dari 1 meter untuk meloncat/melompat secara akurat.
- Mengecap, daya pengecapan tikus sangat baik, dapat mendeteksi makanan/minuman yang pahit, beracun atau bahan yang mengandung bahan kimia.
- Menggali, tikus menggali untuk membuat sarang yang biasanya antara 50-200 cm bahkan bisa mencapai ratusan meter. Tikus mampu membuat lubang darurat 2-3 buah yang berfungsi untuk melarikan diri.
- Memanjat, kemampuan memanjat ini biasa disebut arboreal. Tikus mampu memanjat dipermukaan yang kasar, berjalan di seutas tali kawat dan mampu turun dengan posisi kepala dibawah dengan mudah.
- Loncat/melompat, dapat meloncat (vertikal) setinggi 77 cm dan dapat melompat (horizontal) sejauh 1,2-2,5 meter.
- Mengerat, tikus mampu mengerat bahan-bahan yang keras seperti kayu, aluminium, beton kualitas buruk, bahan logam dan lainnya yang mempunyai tingkat kekerasan 5,5.
- Berenang dan menyelam, tikus mampu berenang selama 50-72 jam (600 meter) pada suhu 35 derajat celcius dengan kecepatan 1,4 km/jam sedangkan kemampuan menyelamnya yaitu selama 30 detik.
- Rata-rata usia tikus 2-3 tahun, dapat berkembang biak dengan usia matang birahi 1,5-3 bulan
- Usia bunting/hamil 21 hari
- Tikus betina dapat kawin lagi 48 jam (2 hari) setelah melahirkan
- Dapat menyusui dan bunting lagi dalam waktu yang bersamaan
- Mempunyai puting susu 4-6 pasang (8-12)
- Anak yang dilahirkan biasanya berpasangan sebanyak 2-4 pasang sehingga sepasang tikus dapat mencapai populasi sebanyak 1.200-2.000 tikus pertahunnya
- Tikus jera umpan dan selalu curiga terhadap benda baru (neophobia)
- Kemampuan belajar dan mengingat tikus terus berkembang
- Gigi tikus dapat terus tumbuh sepanjang 8-11 cm/tahun
- Tikus dapat mendarat dengan selamat dari ketinggian 15 meter
- Tikus tidak menyukai bau yang menyengat (jengkol, kamper dan lainya)
- Tikus tidak bisa muntah
- Tikus tidak menyukai cahaya/kondisi yang terang
- Droping (kotoran)
- Jalan yang dilalui (run ways)
- Bekas gigitan yang ditemukan (grawing)
- Lubang yang berada di sekitar keberadaan tikus (borrow)
- Bau yang dikeluarkan urine atau tubuhnya
- Tikus hidup lainnya
- Adanya bangkai tikus
Pengendalian Tikus (berdasarkan konsep Pengendalian Hama Terpadu)
- Sanitasi, pembersihan semak-semak atau rerumputan dipematang sawah dan tanggul-tanggul sawah serta pembongkaran lubang tikus.
- Fisik dan mekanis, secara fisik dapat dilakukan dengan memukul dengan tangan atau diburu dengan anjing. Sedangkan secara mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti emposan, penggunaan perangkap, pagar pelastik (TBS dan LTBS) dan lain-lain.
- Mengatur waktu tanam, dilakukan penanaman yang serentak dengan luasan lahan yang luas (dengan selang waktu maksimal 10 hari) dan mengurangi ukuran pematang sawah supaya tikus sulit membuat sarang.
- Pemanfaatan musuh alami, musuh alami tikus diantaranya : ular, kucing, anjing serta burung hantu.
- Bahan kimia, menggunakan rodentisida yang dicampur dengan beras atau yang lainnya yang sudah siap pakai.
- Bahan alami, dengan bahan alami yang memiliki aroma menyengat seperti jengkol, duren, mengkudu serta penggunaan serbuk dari kulit telur yang dihaluskan.
Untuk tayangan materi ini bisa anda lihat dibawah ini...
0 komentar:
Post a Comment