June 2018 ~ CANGKULAN.COM
SELAMAT DATANG DI CANGKULAN.COM === TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN TERKINI ==> TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA DAN SEMOGA BERMANFAAT

Pertanian Kembali Ke Alam

Mari bertani secara bijak dengan memperhatikan lingkungan

Gunakanlah Pestisida Secara Bijaksana

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan merusak lingkungan dan mengancam kesehatan manusia

CANGKULAN.COM

Berubah Lebih Baik Untuk Memberikan Teknologi Dan Informasi Pertanian Terkini

Musuh Alami Sahabat Petani

Kenali dan jadikan musuh alami sebagai sahabat petani

CANGKULAN.COM === TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN TERKINI

Tuesday, June 12, 2018

Urban Farming (Solusi Pertanian Di Perkotaan)

Latar Belakang
Akibat dari pembangunan yang terus menerus membuat semakin berkurangnya lahan pertanian terutama di daerah perkotaan. Hal ini membuat kegiatan pertanian di perkotaan jarang di temukan. Ditambah lagi dengan tidak tersedianya waktu bagi masyarakat kota karena disibukan dengan pekerjaannya masing-masing. Namun semua kendala tersebut kini tidak bisa menjadi alasan lagi bagi masyarakat kota untuk tidak bisa melakukan kegiatan bertani karena sekarang sudah ada solusi pertanian diperkotaan yang disebut dengan Urban Farming.

Urban Farming ini bisa dibilang merupakan jawaban dari kegelisahan masyarakat kota yang ingin melakukan kegiatan pertanian tetapi terkendala oleh luas lahan yang sempit dan semakin diperparah oleh kondisi tingkat polusi udara yang semakin meningkat. Minimnya kawasan hijau atau ruang terbuka juga membuat kota tampak semakin gersang. Dari sinilah konsep dari urban farming ini muncul dan akhirnya dapat dikenal secara luas.

Pengertian Urban Farming
Urbang farming adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang sempit di perkotaan. Pengertan lain dari urban farming yaitu kegiatan menanam dan menumbuhkan tanaman di area padat penduduk yang ditujukan untuk konsumsi pribadi maupun untuk di distribusikan pada orang-orang yang berada di sekitar area tersebut. Kegiatan urban farming ini mencakup kegiatan produksi, distribusi hingga pemasaran dari produk-produk yang dihasilkan. 


Sejarah Urban Farming
Kegiatan urban farming ini sebenarnya sudah ada dari sejak dahulu, tepatnya di Machu Pichu masyarakatnya telah berhasil mengumpulkan sampah rumah tangga untuk dijadikan pupuk dan berhasil mengumpulkan air yang telah digunakan untuk dikumpulkan kembali dan dijadikan sumber air melalui sistem drainase. Kemudian di Jerman pada abad ke-19 dibangun taman bernama Allotment Garden untuk menghadapi ancaman kelaparan dan keamanan pangan.

Selain itu pada perang dunia I dan II Presiden Woodrow Wilson meminta seluruh warga Amerika Serikat untuk menanam di pekarangan untuk menghadapi krisis pangan sehingga melahirkan sebuah taman yang diberi nama Victory Garden dan dari kegiatan tersebut telah berhasil mencukupi 40% dari dari kebutuhan pangan. 

Perhatian masyarakat kota akan urban farming ini telah semakin berkembang luas diberbagai belahan dunia karena telah menyadari bahwa pertumbuhan penduduk semakin meningkat yang menyebabkan kebutuhan akan makanan semakin meningkat akan tetapi luas lahan pertanian semakin hari malah semakin berkurang. 

Manfaat Urban Farming
Urban farming ini memiliki berbagai manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Menyediakan oksigen/memperbaiki kualitas udara kota
  • Meningkatkan nila estetika/keindahan kota
  • Menjadi sarana rekreasi dan penyegaran
  • Menciptakan kota yang bersih dengan 3R (Reuse, Reduse, Recyle) 
  • Menambah penghasilan bagi penduduk kota
  • Memenuhi kebutuhan pangan yang sehat dan berkualitas 
  • Mempersingkat waktu pengiriman produk pangan
  • Menekan biaya transportasi pengiriman bahan pangan
Model-Model Urban Farming

  • Memanfaatkan lahan tidur dan lahan kritis
  • Memanfaatkan ruang terbuka hijau (privat dan publik)
  • Mengoptimalkan kebun di sekitar rumah
  • Menggunakan ruang/pekarangan (vertikultur, pot, polybag, hidroponik, akuaponik)



"Bila ditanganmu ada sebiji kurma, tanamlah! Meskipun kamu tahu besok akan kiamat"

Pengenalan Agroekosistem

Semakin pesatnya pembangunan pertanian menyebabkan tarik menarik kepentingan antara kepentingan ekonomi dan ekologi yang biasanya kepentingan ekologi atau lingkunganlah yang selalu kalah. Hal ini dikarenakan sifat manusia sendiri yang serakah dan kepentingan ekologi yang tidak bisa dihitung dengan pasti dan tak terukur sehingga banyak yang memandang kepentingan ekologi ini tidak layak untuk dipertanyakan dan dipermasalahkan padahal dalam kegiatan pertanian pasti akan selalu berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.

Hubungan kegiatan pertanian dengan lingkungan sekitarnya inilah yang sering disebut dengan ekosistem pertanian atau agroekosistem. Agroekosistem akan selalu berhubungan dengan 2 faktor yaitu biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain, kemudian diolah sedemikian rupa oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Faktor biotik ini meliputi tumbuhan, hewan dan manusia sedangkan faktor abiotik terdiri dari tanah, suhu, udara, air, cahaya matahari dan lainnya. 


Dalam agroekosistem sudah ada campur tangan manusia yang merubah keseimbangan alam atau ekosistem untuk dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Kita harus mempelajari agroekosistem ini supaya bisa menanggulangi kerusakan lingkungan akibat penerapan sistem pertanian yang tidak tepat dan pemecahan masalah pertanian dikarenakan penggunaan masukan teknologi terutama akibat pemakaian pupuk dan pestisida.

Agroekosistem terdiri dari kata agro dan ekosistem. Agro dapat diartikan sebagai kegiatan produksi/industri biologis yang dikelola manusia dengan objek tanaman dan ternak. Ekosistem yaitu hubungan saling mempengaruhi (timbal balik) antara mahluk hidup dan lingkungannya yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik.

Jadi agroekosistem bisa diartikan sebagai suatu kesatuan lingkungan pertanian yang tersusun dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi serta manusia dengan sistem sosialnya yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen-komponen tersebut. Secara sederhananya agroekosistem merupakan hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. 

Pada agroekosistem kita dianjurkan untuk melakukan PHT (Pengendalian Hama Terpadu), yaitu suatu konsep atau cara berpikir mengenai pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dengan pendekatan ekologi sehingga sifatnya mengendalikan bukan memberantas atau membasmi secara keseluruhan. Hal ini dilakukakan untuk tetap menjaga kelestarian atau keseimbangan alam sehingga dalam pelaksanaanya kita akan mengenal yang namanya analisis agroekosistem. 

Analisis agroekosistem merupakan pengolahan data yang diperoleh dari kegiatan pemantauan agroekosistem guna memperoleh gambaran yang utuh mengenai agroekosistem. Manfaat dari analisis agroekosistem ini untuk memperoleh dasar pengambilan keputusan mengenai keadaan OPT pada masa yang akan datang dan pengambilan keputusan pengendalian apa yang akan dilakukan.

Beberapa tahapan dan hal yang perlu diperhatikan dalam analisis agroekosistem diantaranya :
  • Melakukan pengambilan contoh secara rutin (pemantauan) untuk mengetahui perkembangan OPT dan musuh alaminya.
  • Menetapkan status OPT
  • Menetapkan faktor yang berpengaruh terhadap mortalitas OPT
  • Membuat keputusan pengendalian
  • Melakukan pengendalian
Tindakan pengendalian yang dilakukan jika jumlah OPT yang ditemukan dilapangan sudah melewati batas toleransi. Batas toleransi ini biasanya disebut sebagai ambang ekonomi atau ambang pengendalian. Ambang pengendalian yaitu jumlah populasi/intensitas serangan/tingkat kerusakan  tanaman sehingga perlu dilakukan pengendalian agar tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi. Berikut ini contoh dari nilai ambang batas pengendalian hama pada tanaman hortikultura :

Sumber : 
Modul VegImpact, Balitsa
Panduan Praktis Budidaya, Penebar Swadaya

Sunday, June 3, 2018

Tanam Padi Secara Jajar Legowo

Dalam berbagai upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian telah banyak mengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan sistem tanam jajar legowo.
Dalam melaksanakan usaha tanam padi ada bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.
Pengertian Sistem Tanam Jajar Legowo
Jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. 
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
  1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30% yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
  2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
  3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
  4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
  5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.
Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo
Bersumber dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten bahwa modifikasi jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo bisa dilakukan dengan melihat berbagai pertimbangan. Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya bisa 25 X 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal.
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.
Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih. Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar legowo (2 : 1) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
Seperti telah diuraikan di atas bahwa prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam. Adapun jumlah peningkatan populasi tanaman dengan penerapan sistem tanam jajar legowo ini dapat kita ketahui dengan rumus : 100 % X 1 / (1 + jumlah legowo).
Dengan demikian untuk masing-masing tipe sistem tanam jajar legowo dapat kita hitung penambahan/peningkatan populasinya sebagai berikut :

Jajar legowo (2 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1(1 + 2) = 30 %
Jajar legowo (3 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
Jajar legowo (4 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
Jajar legowo (5 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
Jajar legowo (6 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %

Tipe sistem tanam jajar legowo (4 : 1) dipilih sebagai anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman padi.
Sistem tanam jajar legowo memang telah terbukti dapat meningkatkan produksi padi secara signifikan meskipun masih terdapat beberapa hal yang mungkin lebih tepat disebut sebagai “konsekuensi untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih tinggi” dibanding disebut sebagai “kelemahan atau kekurangan” dari sistem tanam jajar legowo. Beberapa hal ini diantaranya adalah ;
  1. Sistem tanam jajar legowo akan membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
  2. Sistem tanam jajar legowo juga akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan populasi.
  3. Pada baris kosong jajar legowo biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
  4. Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah.
  5. Dengan membutuhkan waktu, tenaga dan kebutuhan benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang lebih banyak juga dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo.
Dengan budidaya padi sesuai rekomendasi atau anjuran yang tepat dalam hal ini pengelolaan tanaman terpadu (PTT) maka semua hal diatas dapat tertutupi dari hasil produksi yang didapatkan sehingga ditinjau dari faktor penambahan tenaga kerja dan biaya produksi tidak akan berpengaruh dan tetap lebih menguntungkan dibandingkan tanpa menerapkan sistem tanam jajar legowo.
Sebagai tambahan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.
Sumber referensi : 
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten 
Gerbang pertanian.com 
Sekarmadjapahit.wordpress.com

Pengendalian Gulma Dengan Herbisida

Gulma adalah tanaman pengganggu yang tumbuh diantara tanaman utama. Gulma mengganggu karena bersaing dengan tanaman utama terhadap kebutuhan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh, sehingga produksi tanaman menjadi tidak optimal. Berdasarkan morfologinya jenis gulma yang tumbuh diantaranya adalah sebagai berikut : 
  1. Jenis gulma golongan berdaun lebar ( broad leaves) seperti : krokot (Portulaca sp), bayam (Amaranthus sp)
  2. Jenis gulma golongan rumput (grasses) seperti : rumput grinting (Cynodon dactylon), lulangan (Eluisine indica
  3. Jenis gulma dari golongan teki (Sedges) seperti : rumput teki (Cyperus rotundus
Sumber gambar : benihpertiwi.co.id

Teknik pengendalian gulma pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai teknik seperti secara manual, mekanis, teknik budidaya maupun dengan penggunaan bahan kimia yaitu dengan herbisida. Alasan penggunaan herbisida yaitu mampu menaikkan produktivitas petani seperti penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit, waktu pelaksanaan pengendalian gulma relatif singkat serta biaya yang lebih murah. 

Herbisida (dari bahasa Inggris herbicide) adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil. Gulma ini harus dikendalikan karena dapat menyebabkan kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari dan keluarnya substansi alelopatik tumbuhan lain yang tidak diinginkan keberadaannya sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. 
Herbisida menurut aplikasinya umumnya dikenal tiga macam saat pengaplikasiannya yaitu : 1. Herbisida pratumbuh (pre-emergence herbicides), yang diaplikasikan sebelum gulma tumbuh; 2. Herbisida pascatumbuh (post-emergence herbicides), diaplikasikan sesudah gulma tumbuh; 3. Herbisida pascatumbuh awal (earyl post-emergence herbicides), diaplikasikan di awal pertumbuhan biji-biji gulma. Selain itu dalam penggunaan herbisida, ada istilah herbisida selektif yaitu herbisida yang mampu mengendalikan gulma sasaran tanpa meracuni tanaman pokoknya. Contohnya yang berbahan aktif atrazin, ametrin yang selektif terhadap tanaman jagung. Sedangkan herbisida yang non selektif adalah herbisida yang meracuni hampir semua jenis tumbuhan, terutama yang masih hijau, termasuk tanaman pokoknya. Contohnya bahan aktif Gliposat, sulfosat dan paraquat. 
Dari cara kerjanya herbisida ada 2 macam, herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang berguna untuk menyiang gulma dengan cara langsung mengganggu tanaman untuk berfotositensis, gulma yang secara langsung terkena herbisida kontak akan mati. Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya dengan mengganggu enzim yang berperan dalam membentuk asam amino yang dibutuhakan tanaman, dan mudah menyerap ke seluruh jaringan tanaman, gulma akan mati sampai akar-akarnya.
Berikut ini beberapa contoh merk herbisida yang sering digunakan petani jagung lengkap dengan penjelasan bahan aktif dan cara penggunaanya :

1. Herbisida Bahan Aktif  Isopropil Amina Glisofat 
Merk dagang herbisida ini antara lain : Roundup, Rambo, Glisat, Bionasa, Konup, Basmilang, Glibas dan lain-lain. Fungisida ini bekerja secara sistemik reaksi perlahan tetapi merusak jaringan rumput sampai akarnya. Cara penggunaanya pada tanaman jagung : Penanam
an jagung tanpa olah tanah, satu minggu sebelum tanam atau 1-2 hari sesudah tanam pada tanaman jagung  disemprotkan secara merata pada hamparan rumput, dosis pemakain 200 ml per tangki sprayer atau 17 liter.


      2. Herbisida Bahan Aktif Mesotrion 50 g/l + Atrazin 500g/l
Merk dagang herbisida ini antara lain : Calaris 550SC, DK mesonin 5050 sc
Herbisida ini khusus untuk tanaman jagung bekerja secara sisitemik. Cara penyemprotanya : dilakukan pada tanaman jagung umur 10-21 hst, dosis pemakainnya  60 cc untuk Calaris dan 30 cc untuk surfaktannya, disemprotkan merata disekitar tanaman jagung dan tidak pengaruh terhadap tanaman jagung bila terkena semprot.

3. Herbisida Bahan Aktif Parakuat diklorida 276 g/l
Merk dagangnya antara lain : Gramoxon, Noxon, Nixon, Top zone,Tamaxon dan lain–lain. Herbisida ini bekerja secara kontak  langsung, penggunaan pada tanaman jagung yaitu disemprotkan pada tanaman umur mulai 1 bulan keatas, cara penyemprotan dilakukan disekitar akar tanaman jagung dan jangan sampai terkena tunas jagung, bila terkena dapat menimbulkan kematian pada tanaman, sebaiknya spuyer tangki semprot diberi  tudung atau pengaman  agar semprotan herbisida tidak sampai terkena daun muda atau tunas jagung. Dosis pemakaiannya :  2 ½ - 3 tutup  kemasannya    atau 80-90 cc per tangki semprot ( 17 liter).


4. Herbisida Bahan Aktif Tropamezon  330 g/l + Atrazin 500g/l + Adjuvant 330g/l  (perekat) 


Merk dagannya : Convey,  1 paket Convey terdiri dari  3 botol yang terdiri dari  3 bahan aktif diatas . Herbisida ini sangat selektif yaitu khusus untuk tanaman jagung, herbisida ini mempunyai reaksi kuat untuk rumput / gulma yang sudah tua dan mengakar kuat yang sulit ditanggulangi dengan herbisida Calaris 550 SC. Aplikasi / pemakaianya pada tanaman jagung umur diatas 21 hst. Disemprotkan secara merata pada rumput dibawah tanaman jagung dan tidak ada efeknya terhadap tanaman jagung.


Selain itu anda bisa mencoba membuat ramuan sendiri seperti :

Campuran Roundup + Ally + Urea + Air

Bahan dan alat :
- 1 jerigen (20 liter ) Roundup (atau sejenisnya) 
- 2 botol (250 gram/botol) Ally (atau sejenisnya) 
- 20 kg pupuk Urea 
- 3 buah jerigen kosong kapasitas 20 liter 
- Air panas murni 4 liter 
- Air dingin murni 16 liter 
- Drum kosong 100 atau 200 liter 
- 1 buah kayu pengaduk

Cara membuatnya :
1. Masukkan ke drum 100 liter air panas 4 liter dan Ally 2 botol, kemudian aduk pakai kayu pengaduk sampai Ally-nya menyatu dengan air 
2. Masukkan 16 liter air dingin dan masukkan 20 kg urea, kemudian aduk sampai semuanya tercampur
3. Masukkan 20 liter Roundup kemudian aduk lagi
4. Setelah itu maka didapat campuran Roundup+Ally+Urea+Air sebanyak 60 liter dan masukan kedalam 3 jerigen masing-masing berisi 20 liter. Campuran siap digunakan dengan dosis 100-120 cc per tangki sprayer.

Sumber : 
Wikipedia
Tanamanbawangmerah.blogspot.com
Infowongtani.blogspot.co.id

Metode Konservasi Pada Lahan Pertanian

Pengertian Konservasi Lahan
Konservasi yaitu usaha memanfaatkan lahan sesuai dengan kemampuannya dan melakukannya sesuai dengan kaidah konservasi agar tidak terjadi kerusakan tanah.

Tujuan Konservasi Lahan
  • Mencegah kerusakan tanah akibat erosi
  • Memperbaiki tanah yang rusak
  • Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat dipergunakan secara alami.


  • Pengertian Erosi
    Erosi adalah proses perpindahan tanah atau bagian tanah ke tempat lain melalui media alam (air, angin atau es).

    Macam-Macam Erosi Tanah

  • Erosi geologi (alami atau normal)
  • Erosi dipercepat

  • Bentuk Erosi Tanah
    Lembar, alur, parit, tebing sungai, longsor 

    Dampak Erosi
    Dampak Langsung (pada tempat terjadinya erosi) :
  • Hilangnya lapisan tanah dan hara
  • Kemunduran sifat fisik (struktur, kapasitas infiltrasi, kapasitas penahan air, kepadatan penetrasi akar, permeabilitas) yang dapat menurunkan produktivitas tanah.
  • Peningkatan penggunaan energi untuk produksi
  • Kerusakan bangunan konservasi
  • Pendapatan petani menurun

  • Dampak Langsung (diluar tempat erosi) :
  • Pelumpuran
  • Pendangkalan sungai, waduk dll
  • Kerusakan ekosistem
  • Tertimbunknya lahan pertanian/jalan
  • Banjir dan kekeringan
  • Mata air dan kualitasnya menurun

  • Dampak tidak langsung :
  • Berkurangnya alternatif penggunaan lahan
  • Biaya untuk perbaikan lahan dan bangunan yang rusak
  • Umur waduk menurun
  • Frekuensi dan besarnya banjir meningkat

  • Metode Konservasi

    1. Metode Konservasi Vegetatif
    Yaitu penggunaan tanaman/tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi.
    Fungsi :

  • Melindungi tanah terhadap daya perusak bulir-bulir hujan yang jatuh
  • Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran permukaan
  • Memperbaiki kapasitas infiltrasi dan penahanan air yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan.

  • Berbagai cara konservasi secara vegetatif :

    • Penanaman tanaman penutup tanah secara terus menerus
    • Penanaman dalam strip (striping cropping)
    • Pergiliran tanaman (cropp rotasion)
    • Sistem pertanian hutan (agroforenstry)
    • Penggunaan sisa-sisa tanaman/seresah

    2. Metode Konservasi Fisik/Mekanik
    Yaitu semua perlakuan yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
    Fungsi :
  • Memperlambat aliran permukaan 
  • Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak
  • Memperbesar infiltrasi dan memperbaiki aerasi
  • Meningkatkan penyediaan air bagi tanaman

  • Tindakan konservasi secara fisik/mekanik :

    • Pengolahan tanah
    • Pengolahan tanah menurut kontur
    • Guludan dan guludan bersalur
    • Pembuatan parit
    • Pembuatan teras
    • Pembuatan balong
    • Perbaikan irigasi dan drainase


    3. Metode Konservasi Kimia
    Yaitu penggunaan preparat kimia sintetis atau soil konditioner -- pemantap struktur tanah.
    Fungsi :

  • Pemantap agregrat tanah untuk mencegah erosi dan pencemaran
  • Mengurangi atau meningkatkan kapasitas tukar kation tanah

  • Tindakan konservasi secara kimia :
  • Penggunaan PVA (Polivinyl Alkohol)
  • HpPAN (Polyacrylonitrile), PAA (Polyacrylic Acide), VAMA (Vinyl Acetate Malcic Acid Copolimer)
  • DAEMA (Dimethyl Amino Ethyl Metacrylate)
  • PAM (Polyacrylicamide)
  • Emulsi bitumen



  • Untuk melihat slide presentasinya bisa anda lihat dibawah ini...

    Friday, June 1, 2018

    Petani Terkeren/Termodis Sedunia

    Jika kita mendengar kata "petani" mungkin yang akan terlintas dalam pikiran kita yaitu kotor, kucel, panas, berkeringat dan bau jauh dari kata modis atau fashionable. Namun seorang petani muda asal Jepang bernama Kiyoto Saito telah membuktikan bahwa bekerja sebagai petani juga bisa tampil keren dengan berpakaian formal seperti kemeja lengkap dengan jas dan dasi layaknya pekerja kantoran.

    Kiyoto Saito merupakan generasi ke-16 dari keluarganya yang sudah menjalani profesi sebagai petani. Ia menjadi terkenal setelah video hasil liputan dari salah satu station TV di Jepang tersebar di media sosial youtube dan menjadi viral. Berkat video dan penampilannya yang berbeda itu, ia telah berhasil menarik perhatian dunia dan orang-orang menjulukinya sebagai petani termodis sedunia. 

    Sumber gambar : merdeka.com

    Pada awalnya Saito juga sama dengan pemuda yang lainnya, ia lebih memilih pergi dari kampung halamanya untuk bekerja di kota dibandingkan menjadi seorang petani. Namun setelah beberapa tahun dikota Saito memutuskan untuk kembali lagi ke kampung halamannya. Pada saat Saito hendak pergi ke ladang ia malah mendapat ejekan dari adiknya sendiri untuk memakai setelan suit/jas. Hal tersebut tidak membuat Saito merasa sakit hati, justru membuat Saito merasa mendapatkan suatu inspirasi dan ingin mencoba memakai pakaian yang dikatakan adiknya tersebut. Semenjak itu ia selalu memakai pakaian yang selalu rapi saat bekerja di kebun ataupun sawah dan selalu mengunggahnya ke media sosial.

    Saito memiliki tujuan ingin membuat "Fashionable Farming" menjadi viral. Hal tersebut Saito lakukan supaya dapat menarik minat para generasi muda untuk menjadi petani dan menepis anggapan bahwa pekerjaan menjadi seorang petani adalah pekerjaan orang rendahan. Bekerja sebagai petani merupakan pekerjaan yang mulia dan menyenangkan.